Rabu, 28 September 2011

TRIK MENGATUR KECEPATAN DAN DIAFRAGMA

Bicara fotografi adalah bicara soal pengaturan cahaya yang masuk dan ditangkap oleh kamera.

Untuk membuat karya foto yang indah kita harus menguasai teknik fotografi. Cahaya adalah unsur utama dalam fotografi, tanpa adanya cahaya pemotretan tidak dapat dilakukan. sehingga pada dasarnya ketika kita bicara mengenai fotografi, kita akan bicara mengenai pemahaman dan pengaturan yang harus kita lakukan terhadap cahaya yang masuk dan ditangkap oleh kamera untuk menghasilkan foto sesuai yang kita harapkan.


Kecepatan
Kecepatan digunakan untuk mengatur lamanya cahaya masuk dan menyinari film atau sensor. Cara kerjanya adalah dengan membuka dan menutup kembali suatu tirai dari metal yang tipis dan kuat yang disebut shutter blade. Pada saat shutter blade terbuka maka cahaya masuk dan menyinari film.
Kecepatan membuka dan menutup kembali shutter blade itulah yang dinamakan kecepatan rana. Dalam fotografi kita menyebut kecepatan ini dengan satuan 1/detik yaitu 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000. Jadi apabila kita atur kamera pada kecepatan 125 artinya shutter blade terbuka dan lamanya sinar masuk ke dalam kamera selama 1/100 detik.

Diafragma
Selain dengan mengatur kecepatan, pengaturan cahaya yang masuk kedalam kamera juga harus dilakukan dengan cara mengatur besar kecilnya lobang untuk masuknya sinar tersebut. Dalam sebuah lensa terdapat lempengan-lempengan logam sangat tipis dan kuat, yang disusun dan dapat diatur posisinya sehingga menghasilkan ukuran lobang yang kita inginkan. Pengaturan inilah yang biasa kita kenal dengan istilah diafragma.
Ukuran diafragma pada lensa dilambangkan dengan f/angka, seperti f/2.8; f/4; f/5,6; f/8; f/11; f/16; f/22. Namun yang tercantum pada ring lensa hanya angka-angka saja misalnya 2.8; 4; 5,6; 8; 11; 16; 22. Angka-angka ini menunjukan kebalikan daripada besar diafragma pada lensa. Sehingga apabila kita atur kamera pada diafragma f/2.8 berarti bukanan lobang diafragmanya akan lebih besar dibandingkan dengan diafragma f/16.

Depth Of Field / Ruang Ketajaman
Untuk mendapatkan foto yang indah dan 'berbicara' harus mempunyai dan menonjolkan Point Of Interest (POI) yang jelas. Salah satu cara untuk menonjolkan POI adalah dengan mengatur ruang ketajaman.
yang dimaksud dengan ruang ketajaman di sini adalah bagian foto yang ingin kita tampilkan secara tajam, sedangkan bagian yang lain terlihat lebih kabur (blur) sehingga POI akan terkesan lebih dominan.
Untuk mendapatkan ruang ketajaman yang kita inginkan dapat kita lakukan dengan mengatur beberapa hal di antaranya dengan pengaturan diafragma. Yakni, semakin kecil bukaan diafragma makan akan semakin luas area ketajamannya, sebaliknya semakin besar bukaan diafragma ruang tajam semakin sempit.
Contoh dalam penggunaan ruang tajam adalah sebagai berikut : misalnya kita ingin memotret sebuah pemandangan alam atau eksterior gedung yang tentunya ingin terlihat tajam baik latar depan maupun belakangnya, maka harus digunakan diafragma kecil (misalnya 16 atau 22)
Namun untuk sebuah foto dengan POI tunggal, misalnya memotret orang atau detail suatu barang, biasanya kita ingin mengarahkan perhatian orang dan menonjolkan POI tersebut, maka digunakan bukaan diafragma besar. Misalnya 2,8. Dengan demikian maka subject (POI) akan tampak tajam, tapi latar depan maupun belakangnya akan terlihat kabur.

Pemilihan Lensa
Semakin panjang lensa (titik fokusnya), maka akan semakin sempit ruang tajamnya. Sedangkan semakin pendek fokus lensa, maka akan didapat ruang tajam yang lebih luas. Kamera pocket yang selalu menggunakan lensa sudut lebar misalnya 28, 30 atau 35, mengapa tidak perlu ada pengaturan fokusnya?
Alasannya karena ruang tajam dengan lensa tersebut sangat luas. Dengan kata lain kita dapat memotret obyek dari jarak dua meter sampai tak terhingga dengan tajam. Berbeda dengan lensa standar 50mm sampai dengan lensa tele, obyek harus difokuskan dahulu karena ruang tajamnya bervariasi sesuai dengan panjang lensa.

Jarak
Jarak antara kamera dan obyek pemotretan juga sangat berpengaruh pada ruang ketajaman. Semakin dekat objek maka semakin sempit ruang tajamnya. Sebaliknya, semakin jauh objek makan akan semakin luas ruang tajam yang didapat.
Hati-hati apabila hendak memotret sebuah objek dengan jarak yang dekat, bukaan diafragma yang besar serta menggunakan kamera yang panjang, sebab ruang tajam yang didapat akan sangat sempit.
Sebagai contoh kita akan memotret closeup bagian kepala saja dari jarak 2,5 meter dengan menggunakan lensa 200mm serta diafragma 2.8, dan difokuskan pada mata. maka yang terjadi adalah, mata terlihat tajam sedangkan hidung dan telinga sudah terlihat kabur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar